Menu
 

Berikut ini adalah berkas buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) SD. Download file PDF di akhir posting ini. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar 2016. Berkas buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD ini merupakan salah satu bahan materi suplemen dalam Materi Diklat Guru Sasaran Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2017 untuk SD.

Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD
Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD

Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD

Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dan PJOK merupakan acuan bagi guru kelas dan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi (IV, V, dan VI), guru dapat mengembangkan model dan pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan, karakteristik, dan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Berikut ini kutipan teks keterangan dari isi buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD:

Salah satu keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Pada era abad 21 ini dibutuhkan kurikulum yang dapat mendorong pembelajaran yang menghasilkan siswa yang dapat memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya serta mampu menghadapi tantangan era globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa.Kurikulum 2013 menjawab kebutuhan zaman tersebut.

Penerapan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik terpadu. Pada perkembangannya, untuk kelas tinggi (IV, V, dan VI) mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dipisahkan dari Buku Tematik Terpadu. Pemisahan tersebut dikarenakan perubahan muatan pelajaran matematika serasa dangkal sehingga siswa tidak mendapatkan konsep matematika secara mendalam dan PJOK memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian PJOK berupa gerak, pembelajaran PJOK banyak dilakukan melalui observasi, mencontoh/menirukan, melatihkan secara berulang.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut, maka Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Pusat Kurikulum Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dan PJOK.

Panduan ini sebagai acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran Matematika dan PJOK serta dapat membantu dalam memecahkan beberapa permasalahan dalam pembelajaran.

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
B. Tujuan 
C. Sasaran 

BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD) 
A. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 
B. Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran PJOK pada Kurikulum 2013 

BAB III PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR (SD) 
A. Pembelajaran Matematika untuk Mencapai Keterampilan Abad 21 
B. Pembelajaran PJOK untuk mencapai keterampilan abad 21 
C. Penjadwalan Pembelajaran Matematika dan PJOK 

BAB IV PENUTUP 

Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Era abad ke-21 merupakan era globalisasi. Pada era ini dibutuhkan kurikulum yang dapat mendorong pembelajaran yang menghasilkan siswa yang tangguh. Artinya, siswa yang dapat memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya (human survival). Selain itu, pendidikan juga harus menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu menghadapi tantangan era globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa.

Kurikulum 2013 disusun untuk menjawab kebutuhan zaman. Kurikulum 2013 dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti terdiri atas empat dimensi yang terkait satu sama lain. Keempat dimensi tersebut adalah: sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4). Pengembangan Kompetensi Dasar untuk KI 1 dan KI 2 hanya terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta PPKn. 


Kurikulum yang mengedepankan pencapaian kompetensi tersebut membawa konsekuensi bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk terlibat aktif dan komprehensif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dan komprehensif tersebut akan memberikan pemahaman mendalam dan peluang besar pada pengalaman belajar yang berada di long term memory.

Penerapan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik terpadu. Salah satu pendukung proses pembelajaran adalah buku Tematik Terpadu yang diterbitkan oleh Pemerintah. Mata pelajaran yang dapat dipadukan adalah PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Prakarya (SBdP), dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

Pada perkembangannya, untuk kelas tinggi (IV, V, dan VI) mata pelajaran Matematika dan PJOK dipisahkan dari Buku Tematik Terpadu. Keputusan pemisahan mata pelajaran tersebut ada berbagai alas an, diantaranya adalah materi/pembahasan muatan Matematika pada buku tersebut terasa dangkal. Oleh karena itu, siswa tidak mendapatkan pemahaman konsep matematika secara mendalam. Dengan demikian, perlu digunakan buku Matematika secara terpisah. Alasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Matematika memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian matematika bersifat abstrak, metode untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat deduktif, tentunya dengan tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4 C (Critical, Creative, Colaboratif, Dan Communication).

b. Kebermaknaan pembelajaran matematika di SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam konteks dunia nyata siswa. Pembelajaran dengan mengambil konteks kehidupan nyata tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran tematik terpadu.

c. Kebermaknaan pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi belajar siswa, ketika motivasi sudah dimiliki pembelajaran tidak harus selalu dikaitkan dengan dunia nyata/tema, karena pembelajaran matematika dengan tema memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten matematika secara utuh. Oleh karena itu, ketika konteks sudah diperoleh, pembelajaran Matematika dapat dilakukan dengan pemahaman konsep matematika secara utuh.

Demikian juga alasan yang serupa diambil untuk menjelaskan mengapa mata pelajaran PJOK harus diajarkan dengan buku terpisah. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. PJOK memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Objek kajian PJOK berupa gerak, pembelajaran PJOK banyak dilakukan melalui mengobservasi dan mencontoh, kemudian melatihkannya secara berulang, tentunya dengan tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4C (Critical, Creative, Colaboratif, Dan Communication).

b. Kebermaknaan pembelajaran PJOK di SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PJOK dalam konteks dunia nyata siswa, hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran tematik.

c. Kebermaknaan pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi belajar siswa. Namun ketika dikaitkan dengan tema, terdapat beberapa materi pembelajaran PJOK yang memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten PJOK secara utuh. Oleh karena itu, tidak semua materi yang berkaitan dengan KD dapat diakomodir secara cukup oleh buku tematik.

d. Pembelajaran PJOK banyak dilakukan dengan gerakan anggota tubuh yang harus dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama.

e. Banyak gerakan-gerakan dalam pembelajaran PJOK yang tidak dipahami sepenuhnya oleh guru kelas, sehingga dapat mengakibatkan cedera bagi siswa.

f. Pada umumnya pembelajaran PJOK mengakibatkan siswa berkeringat, sehingga mengganggu proses pembelajaran lain bila terintegrasi.

g. Untuk memberdayakan keberadaan guru mata pelajaran PJOK yang tersedia hampir di semua SD.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menetapkan buku teks pelajaran yang layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika dan PJOK yang disajikan secara terpisah dari Buku Tematik Terpadu. Oleh karena itu, diperlukan panduan pelaksanaan pembelajaran matematika dan PJOK untuk SD/MI di kelas IV, V dan VI.

Panduan ini secara keseluruhan memuat penjelasan tentang latar belakang, tujuan, dan sasaran diterbitkannya panduan ini; karakteristik mata pelajaran Matematika dan PJOK; perancangan dan pembelajaran Matematika dan PJOK.

Tujuan
Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK ini bertujuan untuk
a. Membantu guru dalam mengatur alokasi waktu Matematika dan PJOK dalam pembelajaran agar sesuai dengan struktur kurikulum;

b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar tetap bermakna;

c. Membantu guru dalam proses pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar berpusat pada siswa, kontekstual, dan bermakna. 

d. Membantu kepala sekolah, pengawas dan pihak lain yang terkait dalam mendukung proses pembelajaran Matematika dan PJOK yang terpisah dari Tematik Terpadu agar berpusat pada siswa, kontekstual, dan bermakna.

Sasaran
Buku Panduan ini disusun agar proses pembelajaran di sekolah dasar dapat berjalan sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, sasaran pengguna buku ini adalah unsur- unsur yang terlibat pada proses pembelajaran di sekolah dasar. Sasarannya adalah:
a. Guru kelas yang mengampu pembelajaran di kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI);
b. Guru PJOK;
c. Kepala Sekolah Dasar;
d. Pengawas Sekolah Dasar;
e. Dinas Pendidikan. 

Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada Kurikulum 2013
Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin untuk meningkatkan dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan dan pemahaman atas matematika yang kuat sejak dini. Objek kajian matematika bersifat asbtrak, metode untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat deduktif, sehingga kebermaknaan pembelajaran matematika di SD salah satunya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam konteks dunia nyata siswa.

Pengembangan kompetensi matematika diarahkan untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill), terutama dalam membangun kreatifitas, kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi atau bekerjasama dan keterampilan berkomunikasi yang menjadi tuntutan keterampilan abad 21. Selain itu, pengembangan kompetensi matematika juga menekankan kemahiran atau keterampilan menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan perhitungan teknis (komputasi) dan penyajian dalam bentuk gambar dan grafik (visualisasi), yang penting untuk mendukung keterampilan lainnya yang bersifat keterampilan lintas disiplin ilmu dan keterampilan yang bersifat nonkognitif serta pengembangan nilai, norma dan etika (soft skill).

Dukungan pembelajaran matematika dalam kaitan pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tidak langsung/indirect teaching, berupa pembiasaan-pembiasaan perilaku baik, keteladanan, dan tindakan perbaikan secara langsung untuk mengembangkan, membangun atau meningkatkan perilaku positif siswa. 

Cakupan materi matematika di SD meliputi bilangan asli, bulat, dan pecahan, geometri dan pengukuran sederhana, dan statistika sederhana. Pendidikan matematika di sekolah diharapkan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah melalui pengalaman belajar, agar mampu:
  1. Memahami konsep dan menerapkan prosedur matematika dalam kehidupan sehari-hari;
  2. Melakukan operasi matematika dalam bentuk operasi hitung, menganalisis komponen atau sifat dari suatu ekspresi atau kalimat matematika serta menyederhanakan ekspresi matematika untuk menyelesaikan masalah;
  3. Berpikir kritis melalui penalaran matematis yang meliputi membuat generalisasi berdasarkan pola, fakta, fenomena atau data yang ada, membuat dugaan dan memverifikasinya, menjelaskan alasan dalam mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, kemiripan, dan perbedaan berdasar kriteria tertentu;
  4. Memecahkan masalah dan mengomunikasikan gagasan melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
  5. Menumbuhkan sikap positif seperti sikap logis, kritis, cermat, teliti, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika;
  6. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar. 

Karakteristik dan Kompetensi Mata Pelajaran PJOK pada Kurikulum 2013
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. PJOK memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

PJOK membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur hidup tentang arti penting hidup sehat dan aktif mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Hal ini berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar, meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan, mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan pribadi.

Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia SD
Karakteristik perkembangan gerak anak turut mempengaruhi penentuan kompetensi mata pelajaran PJOK. Karakteristik gerak tersebut dibedakan menurut usia anak, seperti berikut.
a. Pada usia antara 7-8 tahun, anak sedang memasuki perkembangan gerak dasar dan memasuki tahap awal perkembangan gerak spesifik. Karakteristik awal perkembangan gerak spesifik dapat diidentifikasi dengan makin sempurnanya kemampuan melakukan berbagai kemampuan gerak dasar yang menuntut kemampuan koordinasi dan keseimbangan agak kompleks. Oleh karenanya, keterampilan gerak yang dimiliki anak telah dapat diorientasikan pada berbagai bentuk, jenis dan tingkat permainan yang lebih kompleks.
b. Pada anak berusia antara 9 s.d 10 tahun, anak telah dapat mengunjukkerjakan rangkaian gerak yang multipleks-kompleks dengan tingkat koordinasi yang makin baik. Kualitas kemampuan pada tahap ini dipengaruhi oleh ketepatan rekayasa dan stimulasi lingkungan yang diberikan kepada anak pada usia sebelumnya. Pada tahap ini, anak laki-laki dan perempuan telah memasuki masa awal masa remaja. Dengan pengaruh perkembangan hormonal pada usia ini, mereka akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi motorik yang sangat cepat.

Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran PJOK Kelas IV, V, dan VI adalah Sebagai Berikut:
a. Pola Gerak Dasar, meliputi: a) pola gerak dasar lokomotor atau gerakan berpindah tempat, misalnya; berjalan, berlari, melompat, berguling, b) pola gerak non-lokomotor atau bergerak di tempat, misalnya; membungkuk, meregang, berputar, mengayun, mengelak, berhenti, c) Pola gerak manipulatif atau mengendalikan/mengontrol objek, misalnya; melempar bola, menangkap bola, memukul bola menggunakan tongkat, menendang bola.
b. Aktivitas Permainan Bola Besar misalnya: sepakbola, bolavoli, bolabasket, bolatangan dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.
c. Aktivitas Permainan Bola Kecil misalnya: rounders, kasti, softball, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.
d. Aktivitas Atletik misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar, dan/atau permainan tradisonal dan sederhana lainnya.
e. Aktivitas Beladiri misalnya: seni beladiri pencak silat, karate, taekwondo, dan/atau beladiri lainnya.
f. Aktivitas Pengembangan Kebugaran Jasmani, meliputi sikap tubuh, pengembangan komponen kebugaran berkaitan dengan kesehatan dan keterampilan, serta pengukurannya secara sederhana.
g. Aktivitas Senam meliputi: pola gerak dominan dengan dan tanpa alat.
h. Aktivitas Gerak Berirama meliputi: pola gerak dasar langkah, gerak dan ayunan lengan, musikalitas serta apresiasi terhadap kualitas estetika gerakan.
i. Aktivitas Air, meliputi: pengenalan air, keselamatan dan pertolongan di air, dan beberapa gaya renang.
j. Kesehatan, meliputi; bagian-bagian tubuh, manfaat pemanasan dan pendinginan, kebersihan lingkungan, manfaat istirahat dan pengisian waktu luang, makanan bergizi dan jajanan sehat, jenis cidera dan cara penanggulangannya, perilaku terpuji, kebersihan alat reproduksi, NAPZA, pemeliharaan diri dan orang lain dari penyakit menular dan tidak menular. 

Pembelajaran Matematika untuk Mencapai Keterampilan Abad 21
Kemampuan dan keterampilan yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika dalam rangka mencapai keterampilan abad 21 adalah:

1. Kreativitas dan inovasi.
a. Membandingkan beberapa cara dalam menyelesaikan masalah matematika, untuk mendapatkan solusi inovatif dengan menggunakan contoh-contoh praktis yang sesuai. Dalam konteks ini siswa dimungkinkan untuk mencari solusi tersebut melalui berbagai media termasuk internet,
b. Memperhatikan dan mengevaluasi argumen dari rekannya untuk koreksi dan perbaikan untuk menghasilkan argumen yang mendukung. Mereka menerima umpan balik untuk terus menemukan pemecahan masalah,
c. Secara kreatif menemukan pola, menyederhanakan, dan mengeneralisasi untuk memecahkan masalah,
d. Mengembangkan wawasan dan mampu mengomunikasikan hasilnya bagi pemahamam matematika sebagai upaya kreatif yang dibangun pengetahuan sebelumnya.

2. Berpikir kritis dan memecahkan masalah.
a. Menemukan struktur logis untuk menghadapi tantangan matematika serta mampu membuat beberapa alternatif dan membangun argumen untuk mempertahankan pilihannya,
b. Mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan penting tentang matematika serta menganalisis jawaban yang diajukan,
c. Memahami masalah matematika terapan melalui analisis dan sintesis untuk menemukan solusinya,
d. Mmenganalisis bagian-bagian dari suatu sistem matematika yang saling berinteraksi.

3. Komunikasi dan kolaborasi. 
a. Mengartikulasikan ide dan pemikiran matematika secara lisan dan tertulis dengan menggunakan abstraksi dan penalaran kuantitatif untuk membangun argumen yang layak,
b. Menyimak argumen secara efektif serta menjelaskan ulang dalam rangka menjelaskan solusi dari suatu permasalahan matematika,
c. Bekerja sama dalam tim yang berbeda, saling menghargai, mengungkapkan ide dan pemikiran matematik secara efektif,
d. Mmengomunikasikan baik secara lisan, tulisan, atau mendemonstrasikan kegunaan matematika dalam permasalahan secara luas.

4. Pengetahuan informasi.
a. Mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi, serta mengeksplorasi sumber- sumber untuk menjawab pertanyaan penting terkait permasalahan keseharian,
b. Mengeksplorasi topik-topik matematika yang baru dan aplikasinya, serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya,
c. Siswa belajar tentang matematika melalui sumber-sumber informasi yang terpercaya serta mampu berbagi pengetahuan yang diperolehnya.

5. Pengetahuan media.
a. Memahami statistika, peluang dan pesan media yang dihasilkan bagi kegunaan sosial, dan dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh individu,
b. Memeriksa tujuan, alat, karakteristik dan kaidah statistika yang digunakan, serta implikasi media yang mempengaruhi keyakinan dan perilaku,
c. Mendapatkan pemahaman yang mendasar tentang masalah aturan dan etika mengenai akses, penggunaan, dan potensi dari distorsi informasi matematika,
d. Menyajikan informasi statistik untuk mendukung suatu pandangan atau membantu individu lain dalam memahami suatu informasi.

6. Menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi.
a. Menggunakan peralatan elektronik seperti kalkulator, komputer, gawai (gadget), dan sumber daya online secara tepat dan efektif, 
b. Menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan wawasan matematika dengan menggunakan representasi grafis dari fungsi dan data.

7. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi.
Menghadapi tantangan matematika berkaitan dengan peran dan tanggungjawab dalam perubahan iklim dan perubahan prioritas, secara individu dan berkelompok.

8. Inisiatif dan pengarahan diri.
a. Memahami permasalah, mendefinisikan, memprioritaskan, dan menyelesaikan tugas secara mandiri dengan menyeimbangkan antara taktik dan tujuan strategis dalam menyelesaikan, memecahkan masalah matematika,
b. Secara kritis mampu melakukan refleksi terhadap pengalaman memecahkan masalah matematika di masa lalu serta mengaitkan untuk menyelesaikan tantangan matematika mendatang.

9. Ketrampilan sosial dan lintas budaya.
a. Menggunakan matematika dalam berbagai lingkup budaya, seperti penggunaan ukuran panjang atau ukuran berat yang berbeda-beda antara daerah atau negara,
b. Menerapkan matematika sebagai alat untuk menganalisis data statitika untuk memahami permasalahan antar budaya.

10. Produktivitas dan akuntabilitas.
Menetapkan tujuan, prioritas, penjadwalan dan bekerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

11. Kepemimpinan dan tanggung jawab.
a. Menggunakan kemampuan interpersonal dan penyelesaian masalah untuk menyakinkan pentingnya kebersamaan dan memecahkan masalah penting di masyarakat,
b. Mempertimbangkan implikasi etis dalam pengambilan keputusan secara matematis. 

Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kecakapan atau kemahiran matematika, sebagai bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa dalam mencapai keterampilan abad 21 terutama dalam pengembangan berpikir kritis melalui penalaran yang masuk akal dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah; peningkatan kreatifitas untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan- gagasan baru, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda; keterampilan memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia; bekerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif, berempati, dan menghormati perbedaan perspektif.

Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang logis, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang, mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan belajar matematika siswa diharapkan akan memperoleh manfaat sebagai berikut.
  1. Mampu berpikir secara sistematis melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu, terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata, dan bisa menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah.
  2. Mampu berpikir secara deduktif dan induktif untuk membangun dan mengembangkan penalaran matematika yang bersifat deduktif.
  3. Mampu membentuk sikap yang lebih teliti, cermat, akurat dalam bertindak, taat pada aturan dan prosedur.
  4. Mampu menggunakan dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan nyata.

Pendekatan saintifik disesuaikan dengan materi yang ada pada mata pelajaran matematika dimana siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik, yaitu:
a. Kegiatan mengamati kejadian, peristwa, situasi, pola, fenomena yang terkait dengan matematika dan mulai dikenalkan pemodelan matematika dalam berbagai bentuk;
b. Menanya atau mempertanyakan mengapa atau bagaimana fenomena bisa terjadi;
c. Mengumpulkan atau menggali informasi melalui mencoba, percobaan, mengkaji, mendiskusikan untuk mendalami konsep yang terkait dengan fenomena tersebut;
d. Melakukan asosiasi atau menganalisis secara kritis dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur/algoritma yang sesuai, menyusun penalaran dan generalisasi; dan
e. Mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.

Selain menggunakan pendekatan saintifik, guru dapat menggunakan model pembelajaran lain seperti: model pembelajaran kooperatif; pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan terbimbing; pembelajaran berbasis proyek; dan pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran matematika hal yang perlu ditekankan:
a. Aktivitas belajar di bawah bimbingan guru maupun mandiri dengan menggunakan konsep dan prosedur secara benar dan sistematis.
b. Melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data, fenomena yang ada.
c. Melatih keterampilan melakukan operasi atau manipulasi matematika untuk menyederhanakan model atau kalimat matematika dalam rangka menyelesaikan masalah.
d. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika hendaknya berangkat dari hal-hal yang bersifat konkret menuju abstrak. Berdasarkan hal tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru dituntut lebih banyak menggunakan benda kongkrit, media dan alat peraga yang menarik yang sesuai dengan tuntutan kompetensi, atau dimulai dengan pemecahan masalah sederhana sehari-hari dan menantang untuk membangun pola berpikir kritis siswa. Beberapa teknik untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran :
1. Teknik menjelaskan, teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun perlu dibatasi untuk lebih fokus pada aktifitas utama siswa dalam kegiatan pembelajaran. Teknik menjelaskan diterapkan terutama pada saat mengatur urutan dan aktifitas belajar dan melakukan konfirmasi.
a. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti serta komunikatif
b. Ucapan hendaknya terdengar dengan jelas , lengkap tertentu, dengan intonasi yang tepat
c. Bahan disiapkan dengan sistematis mengarah ke tujuan
d. Penampilan guru hendaknya menarik diselingi dengan gerak dan humor sehat
e. Adanya variasi atau selingan dengan metode lain, misalnya tanya jawab, menggunakan alat bantu seperti lembar peraga(chart)

2. Teknik bertanya, untuk menggunakan tanya-jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tertutup (bersifat konvergen) memiliki jawaban tertentu, hanya ada satu jawaban. Pertanyaan terbuka (bersifat divergen) memiliki jawaban terbuka dan diharapkan menghasilkan banyak cara untuk menjawabnya dan jawabnya lebih dari satu. Pertanyaan tingkat rendah hanya mengukur ingatan saja, sedangkan pertanyaan tingkat tinggi setidak-tidaknya menuntut pemahaman atau pemikiran siswa, misalnya dalam memberikan alasan atau dalam membuat suatu kesimpulan. Pertanyaan tingkat tinggi seperti inilah yang diharapkan lebih dikembangkan guru. Tujuan pertanyaan adalah:
a. Memotivasi siswa
b. Menyegarkan memori/ingatan siswa 
c. Mengawali diskusi
d. Mendorong siswa agar berpikir
e. Mengarahkan perhatian siswa 
f. Menggalakkan penyelidikan (inkuiri, investigasi)
g. Mendiagnosis/memeriksa tanggapan siswa h. Menarik perhatian siswa
i. Mengundang pertanyaan siswa

3. Teknik peragaan /demonstrasi, yaitu menunjukkan atau memperlihatkan suatu model atau suatu proses. Teknik ini hanya efektif bila digunakan hanya sebagai bagian dari kegiatan lain yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Misalnya teknik bertanya perlu merupakan bagian integral dari demonstrasi guru. Demonstrasi digunakan utamanya bila (1) siswa tidak terampil menggunakannya, atau alat itu dapat “membahayakan” siswa atau (2) karena keterbatasan banyaknya alat. Namun ukuran bahan atau alat demonstrasi seharusnya memungkinkan siswa untuk melihat apa yang guru demonstrasikan.

4. Percobaan (eksperimen) dengan alat secara individual atau kelompok. Di sini siswa lebih aktif dan diharapkan mereka menemukan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran baik kognitif, psikomotorik maupun afektif. Kegiatan lain yang melibatkan kegiatan praktik atau eksperimen adalah hands on mathematics (matematika dengan sentuhan tangan atau pengutak-atikan obyek dengan tangan). Ini merupakan kegiatan “pengalaman belajar” dalam rangka penemuan konsep atau prinsip matematika melalui kegiatan eksplorasi, investigasi, dan konklusi yang melibatkan aktivitas fisik, mental dan emosional dengan melibatkan ada aktivitas fisik.

5. Teknik pemecahan masalah, yaitu pertanyaan yang harus dijawab atau direspon namun jawaban atau strategi untuk menyelesaikannya tidak segera diketahui. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu dipandang merupakan suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui dan perlu diselesaikan. Cara yang sering digunakan orang dan sering berhasil pada proses pemecahan masalah inilah yang disebut dengan Strategi pemecahan masalah. Strategi ini akan sangat bermanfaat jika dipelajari para siswa maupun guru agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka didalam mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Beberapa strategi yang sering digunakan adalah:
a. Membuat diagram, strategi ini berkait dengan pembuatan sketsa atau gambar corat-coret yang membantu/mempermudah pemahaman terhadap masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya.
b. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana, strategi ini berkait dengan penggunaan contoh khusus tertentu pada masalah tersebut agar lebih mudah dipelajari, sehingga gambaran umum penyelesaian yang sebenarnya dapat ditemukan.
c. Membuat tabel, strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita, sehingga segala sesuatunya tidak dibayangkan hanya oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas, dan dapat terlihat berbagai kecenderungan yang terdapat dalam table itu.
d. Menemukan pola, strategi ini berkaitan dengan keteraturan yang terlihat dalam suatu situasi (misalnya susunan sekumpulan bilangan) dilanjutkan dengan pencarian aturan-aturan itu. Keteraturan tersebut akan memudahkan kita menemukan penyelesainnya dan bukan tidak mungkin untuk kita memunculembarkerjaan adanya aturan lainnya.
e. Memecah tujuan, strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak kita capai menjadi satu atau beberapa tujuan bagian. Tujuan bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan bahwa seringkali suatu situasi yang amat kompleks dan permasalahannya juga tidak sederhana.
f. Memperhitungkan setiap kemungkinan, strategi ini berkait dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh si pelaku selama proses pemecahan masalah sehingga tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.
g. Berpikir logis, strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran maupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
h. Bergerak dari belakang, strategi ini dimulai dengan menganalisis bagaimana cara mendapatkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan strategi ini, kita bergerak dari yang diinginkan lalu menyesuaikannya dengan yang diketahui.
i. Mengabaikan (mengelimiasi) hal yang tidak mungkin, dari berbagai alternatif yang ada, alternatif yang sudah jelas-jelas tidak mungkin hendaknya dicoret/diabaikan sehingga perhatian dapat tercurah sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
j. Mencoba-coba, strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan mencoba-coba berdasarkan informasi yang diketahui.

6. Teknik penemuan terbimbing, dalam teknik ini, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan penggunaan lembar kerja (LK). Siswa mengikuti pertunjuk yang tersedia dalam lembar kerja dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan berkaitan dengan bahan ajar yang pembelajarannya dikembangkan secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan “yang ditemukan” sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Kedalaman tingkat pemikiran yang harus digunakan untuk isian atau jawaban siswa, tergantung dari keadaan kelas secara umum atau tingkat kemampuan siswa yang akan mengerjakannya. Jika siswanya berkemampuan tinggi, pertanyaannya juga berbobot untuk memberikan rangsangan yang masih terjangkau siswa dan tidak sangat mudah bagi mereka. Jika siswanya berkemampuan kurang, pertanyan atau tempat kosong yang harus diisi siswa cenderung pada hal-hal yang memerlukan tingkat pemikiran tidak terlalu tinggi. Jika LK digunakan secara klasikal, maka pertanyaan atau tugas isian yang bervariasi, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah tingkat kesukarannya sehingga dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa. Untuk sebuah kelas dapat disusun beberapa jenis tingkat kesukaran LK dengan muatan yang bertujuan sama di titik akhirnya. Perbedaannya adalah terutama pada tingkat dan banyaknya isian atau jawaban yang dituntut atas pertanyaannya. Setiap kelompok siswa mengerjakan LK yang berbeda sesuai tingkat kemampuan masing-masing.

Mekanisme pelaksanaan pembelajaran mencakup perencanaan, pelaksanaan (termasuk didalamnya kegiatan evaluasi), dan pertimbangan daya dukung. Tahap pertama, perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan setempat.

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus. Guru dalam merancang pembelajaran dan menyediakan sumber belajar seperti sarana dan prasarana pembelajaran, alat peraga, bahan, media, sumber belajar lingkungan sosial dan alam, maupun sumber belajar lainnya, hendaknya memperhatikan: (1) kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik sekolah dan masyarakatnya, dan (2) mengelola beban dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Matematika, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dan pembelajaran tematik terpadu yang efektif dan berkualitas.

Prinsip penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
  1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran serta membangun, mengembangkan, meningkatkan sikap spiritual dan sikap sosial.
  2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
  3. Memperhatikan perbedaan individu siswa. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
  4. Berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan berbagai pendekatan/model.
  5. Berbasis konteks yang menekankan pada proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.
  6. Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
  7. Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri.
  8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pembelajaran pengayaan dan remidi dilakukan setelah evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan.
  9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
  10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasidan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Saat ini, pemerintah bersama penerbit swasta telah menghasilkan buku guru dan buku teks untuk pembelajaran tematik, buku teks pelajaran untuk pendidikan agama, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dapat diperkaya, dilengkapi dan disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan.

Untuk merancang pembelajaran yang efektif, guru perlu melakukan tahapan analisis kompetensi dalam kurikulum, KTSP, silabus dan buku teks pelajaran sebagai berikut:
  1. Mengkaji dokumen I KTSP meliputi kajian visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan pendidikan, alokasi waktu dan beban belajar, kalender pendidikan untuk merancang RPP yang proporsional sesuai dengan alokasi tersedia.
  2. Mengkaji dokumen II KTSP yang berisi silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Kajian secara kontekstual, faktual dan aktual dilakukan untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual karakteristik tiap daerah, satuan pendidikan dan siswa.
  3. Menentukan dan membuat pemetaan beban belajar dan alokasi waktu untuk pembelajaran tematik terpadu, pendidikan agama dan budi pekerti, matematika dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk tiap minggu, semester dan satu tahun pelajaran.
  4. Materi pembelajaran dari silabus matematika dirinci ke dalam materi-materi pembelajaran pada masing-masing RPP. Tujuannya agar keseluruhan materi dan kompetensi dasar terbagi habis ke RPP dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran.
  5. Mengkaji buku guru untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual, faktual dan aktual sesuai kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah. Buku guru berisi pedoman yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran. Materi pembelajaran matematika yang terdapat dalam buku tematik terpadu digunakan sebagai konteks pembelajaran dengan mengikuti struktur materi yang terdapat dalam buku teks pelajaran matematika.
  6. Mengkaji buku teks pelajaran untuk siswa untuk diperkaya, dilengkapi, disesuaikan atau ditata ulang secara kontekstual, faktual dan aktual sesuai kondisi, kebutuhan, potensi, situasi, sosial ekonomi dan budaya serta karakteristik siswa, satuan pendidikan dan daerah. Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Didalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal. Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa lebih merupakan contoh kegiatan yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Guru diharapkan mampu mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan memanfaatkan alternatif kegiatan yang ditawarkan di dalam buku guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri.
  7. Menyusun RPP dan lampiran RPP yang meliputi: alat dan rubrik penilaian, bahan ajar, lembar kerja, dan perangkat sumber belajar Prinsip tersebut diwujudkan dan diimplementasikan baik dalam bentuk pembelajaran reguler, pengayaan, maupun remedial.
RPP paling sedikit memuat:
a. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi. Indikator pencapaian kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, atau berperilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD) tertentu dan digunakan sebagai acuan penilaian untuk mengarahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian yang lebih spesifik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator kompetensi adalah sebagai berikut.
1) Untuk satu KD dirumuskan minimal ke dalam dua indikator kompetensi.
Banyak dan variasi rumusan indikator disesuaikan dengan karakteristik, kedalaman, dan keluasan KD, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa, tema, dan satuan pendidikan/kelompok belajar.
2) Perumusan indikator dalam bentuk kata kerja operasional yang dapat diukur atau diamati kinerjanya melalui penilaian 
3) Rumusan indikator hendaknya relevan dan merinci kompetensi dasar sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran dan penilaian dalam mencapai kompetensi Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi dan berfungsi sebagai acuan dalam: (1) mengembangkan bahan pembelajaran; (2) mendesain kegiatan pembelajaran yang efektif; (3) merancang bentuk dan jenis penilaian yang akurat dan dapat diterapkan dalam proses penilaian yang efektif sesuai kondisi, kebutuhan, dan kapasitas kelompok belajar.

c. Materi pembelajaran, yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, yang berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
d. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup;
e. Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan. Pembelajaran remedial dirancang dengan waktu tersendiri dengan metode dan media yang berbeda, belajar mandiri atau bimbingan khusus, pemberian tugas/latihan, atau belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya, dan diakhiri dengan penilaian. Diagnosis yang harus dilakukan untuk membuat program remedial adalah: (1) Identifikasi siswa berkesulitan belajar, (2) lokalisir jenis dan sifat kesulitan, jenis factor dan sifat kesulitan, (3) rancang kemungkinan bantuan, cara mengatasi dan buatkan program tindak lanjut. Pembelajaran pengayaan dirancang untuk siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan investigatif. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan minat kelompok atau tema tertentu, kerja mandiri, atau pemberian pembelajaran untuk kompetensi tertentu yang belum dipelajari, dan diakhiri dengan penilaian
f. Media, alat, bahan, dan sumber belajar. 

    Download Buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD ini silahkan lihat di bawah ini:

    Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD



    Download File:
    Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD.pdf
    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Panduan Pembelajaran Matematika dan PJOK SD. Semoga bisa bermanfaat.

    Silahkan Download Juga Kumpulan Aplikasi Administrasi Guru di bawah ini :


      Next
      This is the most recent post.
      Previous
      Older Post

      Post a Comment

       
      Top